Minggu, 14 Maret 2010


Kubawa hatiku yang patah ini kedalam duniaku yang ceria, yang tak pernah tersentuh rasa cinta antara dua insan. Duniaku yang cerah tiba-tiba dirundung awan hitam kelam. Malam ini aku menangis pedih, merasakan patah hati dan sedih yang menusuk. Isak tangisku seperti alunan lagu kematian, perih rasanya. Baru pertamakali aku merasakan patah hati, perasaan hampa dan sedihmenggelayut dalam otakku.

Aku menyeka air mataku.

Namun dengan begitu cepat pipiku basah lagi, airmataku mengalir tak henti. Aku tak bisa mengendalikan tangisku. Dadaku rasanya dipenuhi kesedihan yang mendalam.
Nafasku sesak.

Aku hanya bisa menahan isak tangis dikamar yang kukunci rapat, kututupi kepalaku dengan bantal agar ibu tak mendengar tangisanku. Aku memang selalu diam dalam setiap rasaku. Karena aku selalu kukuh, bahwa aku ingin cinta yang halal. Takperlulah aku mengumbar rasa ini kepada orang yang tak berhak merasakannya, karena aku akan menjaganya untuk seorang yang telah Allah takdirkan untukku. Yang berani meminangku, dan berkata kepada ayah dan ibu, tentang keseriusannya, dan pastilah dalam waktu yang tepat.

Saat hati dan jiwaku siap untuk menerima semuanya itu.

Namun bagaimanapun aku hanya wanita biasa yang punya perasaan. Walau bagaimanapun aku mengelak bahwa aku telah jatuh hati, toh hati dsn otakku tsk bisa berbohong. Saat kuterima sebuah kotak kado berwarna coklat berpitakan kuning gading darinya, dia dengan berani datang kerumah, dan meminta izin kepada ibu untuk bertemu denganku, lalu kami duduk di kursi depan serambi rumah, ibuku seakan mengawasi kami dari jauh seperti sore biasanya ia merawat tanamannya.

Dia datang menyatakan bahwa ia jatuh hati kepadaku. Saat itu aku tak bisa berkata apapun. Tapi dengan tegas aku menjawab.

Aku menolaknya.

Dengan tersenyum hambar, ia menerima penolakanku. Ia berkata kepadaku, ia mengetahui jika aku pasti akan menolaknya. Aku gadis belia yang masih duduk dibangku kelas sebelas SMA sepertinya tidak merasa telah siap dan pantas untuk menerima cinta dari seseorang. Walaupun ia telah berkata bahwa ia berani memberitahu keseriusan dan kegigihannya terhadap ayah dan ibuku.
Aku tetap menolaknya.
Dalam benakku sungguh ia tak mengerti wakti yang tepat saat menyatakan cinta. Dengan mata yang berkaca-kaca. Aku mengembalikan kotak kado coklat berpitakan kuning gading itu. aku berkata kepadanya dengan suara yang parau.

“sepertinya aku tak berhak untuk menerimanya maaf..., aku pikir jika aku menerimanya akan ada hati yang berharap dan saat ini aku tak berhak untuk memberi harapan kepada siapapun, berikanlah ini kepada seseorang yang telah halal bagimu kelak, tanpa aku jelaskan pasti engkau sudah memahami apa yang ku maksud, jika memang engkau masih menharapkan aku maka tunggulah saat yang tepat untuk berkata kepada ayah dan ibuku, saat dimana aku telah siap hati, jiwa dan raga, namun jikalau tidak masih ada aisyah-aisyah yang lain yang telah siap untuk menerima cinta darimu itu”

Aku melihat sekilas wajah kecewa itu hatiku saat itu sungguh pilu. Sesak dan begitu berat. Tapi inilah jalan yang terbaik aku tak mau memberi harapan. Ia menghela nafas panjang. Ia membuka kotak kado itu, kulihat kain berwarna hijau. Ah... jilbab
Lalu ia mengambil sebuah buku tebal dan sepucuk surat. Ia menyodorkan kearahku. Ia memohon kepadaku untuk menerimanya. Lalu ia berkata InsyaAllah perasaanya tidak akan berubah sampai aku siap untuk menerimanya, lalu bergegas ia pergi dam menhampiri ibuku untuk pamit pulang.

Aku memandang buku tebal dan sepucuk surat dengan pilu. Hatiku berkecamuk tak menentu. Kasih, mengapa engkau begitu cepat datang kepadaku? Aku yang hanya selalu diam dalam setiap debarku padamu tak menyangka engkau juga menyimpan rasa padaku.

Namun, kau tak sabar menunggu waktu yang tepat untuk menyatakan rasamu.
Sampai malam ini, tangisku tiada henti, memandangi buku tebal dan sepucuk surat itu, hingga membasahi jilbab yang kukenakan.

Ya Allah aku patah hati. Perih, pedih, menusuk relung-relung hatiku. Rasanya sesak tiada henti telah menolak orang yang selama ini yang mewarnai hatiku. Dan tak ada seorangpun yang mengetahui rasa ini kecuali Allah dan ibu. Namun dengan izzah yang kupunya, aku yakin keputusanku tepat. Walau ia te;lah menyatakan rasanya lewat tulisan yang ia tuliskan dilembar-lembaran buku tebalnya dan sepucuk surat. Aku tak merasa bahwa aku harus membalas rasaku sekarang, dengan cara yang semu. Aku yakin aku sudah tepat mengambil keputusan, walau tangisanku seperti layaknya lagu kematian.

Yakinku, tidak ada yang salah disini.

Karena aku mencintainya, aku tak ingin memberikan harapan semu.

Karena aku mencintainya, aku siap merasakan patah hati di cinta pertaku ini.

Hikssss... Aku patah hati ketika aku mencintainya (:‘_______’:)v

FIKSI Pop

Kamis, 28 Januari 2010

Tetes Peluhnya Pekat Penuh Cinta


Aku menutup buku cerita kisah-kisah teladan yang dikemas seperti dongeng itu, dipangkuanku Ghiyast putraku yang berumur empat tahun telah tertidur pulas. Terdengar pelan dengkuran kecilnya. Mungkin ia sangat lelah, aku mengusap lembut keningnya, lalu kukecup pipi tembemnya itu dengan penuh kasih sayang.

Mas Andri yang duduk di karpet tak jauh dari kami dengan laptop menyala didepannya, sedikit merubah arah duduknya dan menoleh kearahku yang duduk diatas sofa. Ia melepas kacamata minusnya, lalu memijit-mijit bagian antara mata. Sepertinya suamiku itu juga lelah.

“Ghiyast tidur dek ?” Tanyanya kepadaku sembari mengenakan kacamatanya lagi.

Aku mengangguk, lalu ia pun bergegas berdiri dan mendekatiku, pelan-pelan ia angkat Ghiyast dan memindahkannya kedalam kamar, aku mengikuti suami dan anakku itu dari belakang. Setelah menidurkan Jagoan kecil kami di kamar, kami keluar dan duduk di sofa ruang keluarga yang seperti perpustakaan ini, karena di kelilingi banyak rak buku penuh berjejer rapi. Mas Andri membiarkan laptopnya menyala begitu saja.

Kami duduk dalam diam sejenak, aku menoleh kearah mas Andri yang tampak capai, dengan lembut kuraih tangan mas Andri dan kugenggam, lelaki yang kucintai itu menoleh ke arah wajahku, tiba-tiba dengan kompak kamipun tertawa geli. Lalu ia merangkulku dengan lembut.

“hari ini gimana dek, capek banget ya ?” suamiku tersayang itu bertanya kepadaku. Memulai pembicaraan kami di malam ini.

Aku tersenyum lembut.

“enggak kok mas, hari ini alhamdulillah menyenangkan seperti hari-hari yang lalu, semua kerjaan beres, Ghiyast juga enggak rewel jadi ummi cepet kerjannya” jelasku pada laki-laki yang melamarku empat tahun yang lalu dengan penuh cinta itu.

“hemm jagoan kecilku Ghiyast kelihatannya capek banget ya dek”

“iya mas, tadi selepas kumandikan katanya dia mau nunggu abi diluar, sembari main di luar bareng anak-anak komplek”

“iya tadi Ghiyast langsung lari tau mobil abinya datang, belum mas buka pintunya aja Ghiyast udah ribut minta gendong, tadi mas rasanya capek banget, tapi lihat Ghiyast yang girang menyambut abinya yang ganteng ini datang, rasa capeknya lenyap menguap begitu aja dek, apalagi lihat Ghiyast udah rapi wangi lagi” suamiku tersenyum geli membayangkan jagoan kecilnya yang begitu menggemaskan tadi.

Aku tersenyum bahagia dan gemas juga kearah suamiku yang bercerita panjang kali lebar menceritakan Ghiyast. Wajahnya tampak berseri-seri senang. Rasanya melihat wajahnya yang capai tersapu senyum dan tawa girang saat menceritakan jagoan kecilnya, membuatku merasakan sama halnya apa yang ia rasa. Sangat bahagia.

Sejenak aku tersadar sepertinya suamiku terlihat jenuh setelah lama berkutat didepan laptopnya.

“sayang , mau ummi buatkan teh hangat, atau mau ummi buatkan kopi ?” tanyaku padanya. Aku selalu menyebut diriku ini ummi didepannya walau mas Andri sampai sekarang tetap memanggilku dengan sebutan ‘dek’

“wah cocok dek, mas mau kopi aja, lama gak minum kopi” ujarnya bersemangat.
Aku pun bangkit dari sofa untuk menuju kedapur, saat akan melangkah tiba-tiba mas Andri menarik tanganku pelan. Aku menoleh kearahnya dengan alis berkerut. Suamiku itu menatapku dalam-dalam , menggenggam tanganku dengan sepenuh hati.

“dek, dari hati yang terdalam mas dan ghiyast ingin mengucapkan terimakasih, terimakasih telah mengurus semua urusan rumah tangga kita ini dengan ikhlas, mengurus Ghiyast dengan penuh perhatian, penuh kasih sayang. Dan engkau sebagai istri dan ibu yang shalihah mengurus mas dengan penuh rasa cinta, mas dan Ghiyast bahagia dek, sungguh. Tak ada kata-kata yang bisa kami ucapkan selain rasa cinta dan sayang kami untukmu. Terimakasih ya sayang”

“Ceesss.. !!” hati ini begitu terharu saat ucapan terimakasih dan sayang itu terlontarkan, sungguh tak bisa ku bendung rasa ini. Betapa bahagianya pekerjaan-pekerjaan itu terselesaikan dengan tanganku, dan ada sebaris ucapan terimakasih untuk imbalan dari semua itu. Sungguh demi Allah, aku tidak meminta imbalan dari semua yang aku kerjakan ini, karena memang sudah kuajibanku sebagai seorang istri dan ibu untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. dan akupun mengerti, jihadku sebagai seorang wanita adalah berbakti kepada suami, mendidik anak-anakku dan mengurus rumah tanggaku. Namun walau bagaimanapun aku tetaplah manusia biasa yang sangat bahagia ketika ucapan terimakasih itu ada. Ada untuk sekedar mengungkapkan rasa sayang.

“iya mas. Ummi ikhlas menjalani semua ini, ini adalah jihad ummi” ujarku terharu hampir meneteskan air mata, namun segera ku sapu dengan tanganku. Lelaki yang ku cintai itu pun tampak tersenyum haru.

“eemmm, jadi gak nih buatin kopinya, kok tangan ummi masih di genggam aja hehehehe ” candaku mencairkan suasana yang mengharu biru itu.
Mas Andri tertawa geli mendengarkan candaku yang tidak ada unsur humornya sedikit pun.

“hahahaha maaf ya sayang, ya udah tolong buatkan kopi yang mantab ya dek” ujarnya masih geli sembari melepas tanganku yang di gennggamnya tadi. Lalu turun dari sofa menuju laptopnya yang sedari tadi ia biarkan menyala.
Dan aku berjalan menuju kearah dapur.

“Hikss”
Jadi terharu, sungguh indah betul ucapan terimakasih itu. Andai semua orang mengetahui bahwa ibu dan istri mereka bahagia ketika ucapan terimakasih itu terlontarkan dari mulut mereka. Seperti mantra ajaib yang membuat orang yang mendengarnya merasa senang dan bahagia.

Sayup-sayup dari ruang keluarga terdengar iklan yang di iringi nyanyian, sepertinya mas Andri menghidupkan tivi.

Tetes peluhnya
Pekat penuh cinta
Gerak langkahnya
Bahasa tubuhnya
Sarat sinar kasih
Ibu merawat tanpa pamrih
Selamanya...

“Huaaa... !!” jadi pengen nangis, mendengar iklan sebuah susu cair ternama itu.
Subhanallah maha sucu allah yang menganugerahkan kasih sayang dalam setiap rasa, anunugerah ini begitu indah, anugerah indahnya
menjadi ibu.

Basicly from my Parent true story, with some alteration <3
(oT____To)v what a lovely story my parent

Asa G. Lizadi 29 November 2008


Mom and dad my truly inspiration in my live
You are’s my pattern forever
(o^______^o)/ Big love for you.

Kamis, 14 Januari 2010

Hembusan-Hembusan Nafas Cinta Teruntuk Engkau Duhai Kasih


Bismillah..

Tak elak ku memulai kata dengan alif, ba, ta huruf-huruf yang tertulis didalam kitab cinta-Nya, agar berkah Allah selalu melimpah teruntukku dan teruntuk kita semua..

Bila waktu itu tiba. Segala Berkah, dan kasih sayang Allah tercurah untuk kita.

Maka
tak ingin setitik nila kecil pun ku merusak berkah yang akan tiba, atas sekenario dari Nya untukku ini. Karena-Nya lah aku memaknai setiap hembusan nafas anugerah terindah yang ku miliki dengan langkah pasti.

Memandang samudra biru yang luas, mengingatkanku kepada banyak hal yang perlu di emban daripada sekedar tentang hembusan-hembusan nafasku yang semakin hari semakin menyesakkan hati.

Aku percaya lekas ada karunia tiba dihadapan ku, ketika sang maha pemilik hati dalam setiap rasa menetapkan hari, hari dimana hembusan-hembusan nafasku bercampur menjadi satu, teramat bahagia, gugup, dan jantungku berdetak kencang tak terarah.

Aku yang tetap dalam ketetapan hati untuk menunggumu.

Siapapun itu, duhai engkau pemimpin hati ini, yang telah tertulis di lauhul mahfudz untukku..

Sabar duhai kasihku, bila kita tak bersua di bumi para nabi ini. Masih ada surga-Nya yang akan menjadi tempat terindah kita untuk berjumpa.

Kini nikmatilah kesendirian hati kita masing-masing yang tak akan pernah sepi, karena pastikan selalu ada tasbih Allah dalam setiap hembusan-hembusan nafas cinta kita.

Aku percaya bila janji Allah, adalah janji yang tak pernah ingkar.

Bila saat ini aku selalu berusaha menjadi perempuan yang berjuang untuk selalu hidup dalam kebaikan, walau terkadang kepayahan ada dalam hidupku. Aku juga yakin bahwa engkau juga selalu berusaha hidup dalam kebaikan-kebaikan.

Sabar duhai hembusan nafas-nafas cintaku. Bila saatnya tiba pastilah engkau akan melabuhkan nafas cinta itu kepada dermaga hati yang telah Allah takdirkan teruntuk mu duhai nafas-nafas cintaku.

Wallahu a'lam bishowab.

Kutulis selepas sujud sepertiga malamku yang mengharu biru..

Asa G. Lizad

Rabu, 06 Januari 2010

Semut Juga Suka Beternak


Ini adalah hari pertama liburan sekolah, kebetulan hari ini Bapak juga sedang libur. Libur Bapak tidak mesti hari minggu, kadang hari senin atau hari lainnya tergantung jadwal shift kerjanya. Beliau bekerja sebagai satpam di sebuah rumah sakit. Fina senang sekali karena di rumah ada yang menemaninya. Hari ini Bapak mengajak Fina ke halaman belakang untuk merapikan rumput-rumput liar yang sudah mulai meninggi. Di halaman belakang itu juga ada beberapa batang tanaman cabe. Tetapi akungnya cabe itu tidak terawat dengan baik. Daun-daunnya menguning dan layu. Tampaknya ada sesuatu yang membuat tanaman itu tidak bisa tumbuh dengan baik.

“Pak, di tanaman cabe ini kok penuh kutu yang kecil-kecil dan banyak semutnya ya?“ tanya Fina pada Bapak yang sedang asyik mencabuti rumput-rumput liar.
“Oh, itu namanya kutu daun. Kutu-kutu itu adalah hewan ternak peliharaan semut-semut itu,” sahut Bapak yang tangannya masih sibuk mecabuti rumput.
“Hewan ternak?... memangnya semut bisa berternak ya, Pak?” Fina mulai tertarik dengan keterangan Bapak.

Bapak tersenyum mendengar pertanyaan Fina seraya melangkah mendekati pohon cabe itu dan kemudian berjongkok di samping Fina. Bapak lalu menjelaskan perihal kutu tersebut.
“Seperti halnya manusia, semut juga pandai berternak. Kutu-kutu itu mereka pelihara dengan baik…. Mengapa dititipkan ditanaman? Karena hewan peliharaan kan butuh makan. Nah, makanya kutu-kutu itu lalu diletakkan ke tanaman ini dengan tujuan mereka akan mengambil sari makanan dari tanaman tersebut dengan cara menghisap cairan dari daun-daunnya. Karena sari-sari makanan yang dibutuhkan oleh tanaman itu diambil oleh kutu-kutu itu, makanya pohon cabe ini tidak bisa tumbuh subur,” jelas Bapak.
“Lalu, kutu-kutu ini nanti diapakan oleh semut-semut itu, Pak?” tanya Fina yang semakin tertarik dengan keterangan Bapak tersebut.
“Di dalam badan kutu-kutu ini banyak mengandung gula yang sangat diperlukan oleh semut. Jika kutu-kutu ini dirasa sudah cukup besar, maka semut-semut itu akan menyedot cairan yang ada di dalam tubuh kutu tersebut. Lalu cairan tersebut mereka bawa ke sarang untuk dikumpulkan sebagai cadangan makanan, kemudian membawanya ke sarangnya. Biasanya sarangnya terletak di dekat pohon. Mereka membawa sari madu itu dengan cara menelannya terlebih dahulu baru kemudian dikumpulkan dalam suatu wadah… Kamu tahu tidak di mana mereka akan menyimpan cadangan makanannya?” tanya Bapak kemudian.

Fina menggeleng.

“Semut-semut itu mengumpulan cairan itu ke dalam tubuh semut pekerja yang masih muda yang memang disediakan khusus sebagai wadah penampungannya. Semut pekerja muda ini biasa disebut pot madu,” Bapak berhenti sejenak untuk memberi kesempatan kepada Fina memahaminya.
“Tubuh semut pot madu ini memang sengaja dipakai untuk menampung madu yang sudah dikumpulkan oleh semut-semut pekerja tadi. Lama-lama tubuh semut pot madu ini akan menggelembung menyerupai balon dan bergantung di di langit-lagit sarang. Tubuh semut pot madu itu berwarna kuning dan tembus cahaya. Kadang jika sudah terlalu penuh dan sudah terlalu berat, tubuh semut pot madu itu jatuh dari langit-langit. Namun semut pekerja akan langsung mengembalikannya ke tempatnya semula.”
“Lalu kapan madu itu akan dimakan oleh semut-semut pekerja, Pak?” tanya kemudian.
“Jika sudah datang musim paceklik,” sahut Bapak.
“Apa itu musim paceklik, Pak?” tanya Fina belum paham.
“Yaitu saat tiba musim dingin atau musim kemarau, di mana semut-semut itu akan kesulitan mencari makan. Madu dalam tubuh semut pot madu itu akan dihisap oleh semut pekerja. Maka selamatlah semut-semut itu dari kelaparan,” demikian jelas Bapak.
“Mengapa semut-semut itu suka hidup bersama-sama, Pak?” tanya Fina lagi. Rupanya ia masih penasaran dengan kehidupan semut.
“Karena semut itu saling membutuhkan satu sama lain. Mereka selalu hidup bersama dan bekerja dalam satu kelompok besar di dalam sarang yang biasa disebut koloni.”
“Apakah sarang semut harus di dalam tanah, Pak?”
“Tidak harus. Ada juga yang membuat sarangnya di dedaunan. Caranya dengan menganyam dedaunan itu dengan menggunakan larva sebagai lem atau perekatnya.”
“Larva itu kan anak semut, Pak? Kok bisa dijadikan lem?” Fina jadi heran.
“Ya, betul. Larva adalah anak semut. Mengapa menggunakan larva, karena di dalam tubuh larva itu mengandung lem sebagai perekatnya,” sahut Bapak.
“Lalu bagaimana cara mereka melemnya, Pak?” tanya Fina lagi.
Bapak tersenyum mendengarnya, “Sebentar, Bapak ambilkan bukunya dulu, “ ucap Bapak seraya masuk ke dalam rumah dan tak berapa lama kemudian beliau sudah kembali dengan membawa sebuah buku tebal.
“Ini namanya buku kliping. Bapak juga suka dengan kehidupan semut, makanya setiap ada koran atau majalah yang menjelaskan tentang semut akan Bapak foto kopi lalu Bapak masukkan ke dalam buku ini,” ujar Bapak seraya membuka halaman demi halaman hingga menemukan gambar yang dimaksud.

Fina menatap gambar itu dengan mimik serius. Di dalam gambar itu tampak tiga ekor semut sedang bergotong royong membuat sarangnya yang terbuat dari daun. Rupanya selain di dalam tanah, semut juga bisa bersarang di dedaunan pohon.
“Perhatikan ketiga semut ini, “kata Bapak. “Mereka sibuk melem dedaunan untuk dijadikan sarang. Semut yang satu bertugas memegangi dan memencet larva, sedang yang dua ekor lagi bertugas merapikan hasil lem tersebut. Mereka akur ya…,” ucap Bapak.
Selesai mengamati gambar tersebut, Fina membalik halaman berikutnya.
“Kalau yang ini semutnya sedang ngapain, Pak?” tunjuk Fina pada gambar serombongan semut yang sedang mengangkut daun. “Apakah daun-daun itu juga akan dijadikan sarangnya?” tanyanya.
“O, yang ini daunnya bukan untuk dibuat sarang, tetapi untuk jamur peliharaannya. Ceritanya begini, daun-daun yang mereka bawa itu setibanya di sarang akan mereka kunyah sampai halus dan hasil kunyahannya itu dipakai untuk memelihara jamur. Jadi, daun hasil kunyahan mereka itu akan dijadikan media untuk tumbuhnya jamur. Jamur peliharaan mereka itu bukan jamur sembarang jamur lho, tetapi jamur yang berbentuk bola kecil dan enak tentunya. Baik semut tua maupun semut muda semuanya menyukainya.”
Fina nampak terkesima mendengar cerita Bapak. Ia tidak mengira bahwa selain beternak ternyata ada juga jenis semut yang suka menanam jamur.
“Uniknya lagi, semut-semut pemotong daun ini walaupun tubuhnya kecil tapi ia adalah serangga super kuat. Boleh dibilang dia adalah Arnold Schwarzeneggersnya serangga. Soalnya, dia mampu mengangkat beban yang limapuluh kali lebih berat dari tubuhnya,” ujar Bapak menambahkan.
Setelah puas dengan keterangan gambar tersebut, Fina kembali membuka halaman berikutnya.
“Ini adalah gambar bagian tubuh semut, “ tunjuk Bapak saat Fina membuka halaman yang bergambar tubuh semut.
Fina memerhatikan gambar itu dengan penuh perhatian Tampak dalam gambar itu bagian-bagian tubuh semut.
“Antenanya ini untuk apa, Pak?” tanya Fina penasaran.
“Gunanya untuk alat perasa, seperti untuk menyentuh, mengecap atau membaui,” jelas Bapak.
“Lebih lengkapnya, tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, dada, dan perut. Nah, di bagian di perut ini ada yang namanya pedunkel,” tunjuk Bapak. “Pedunkel adalah bagian yang menghubungkan antara dada dan perut.
“Tubuh semut, seperti serangga lainnya memiliki kerangka luar yang memberikan perlindungan dan juga sebagai tempat menempelnya otot. Berbeda dengan kerangka manusia, semut tidak memiliki tulang belakang. Hewan yang tidak memiliki tulang belakang dinamakan invertebrata. Selain itu semut juga tidak memiliki paru-paru, tetapi mereka memiliki pipa kecil untuk saluran pernapasan yang namanya trakea, ” Bapak berhenti sejenak, lalu meneruskan keterangannya.
“Semut juga memiliki mata yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan tergabung untuk mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Namun ternyata, kebanyakan semut umumnya memiliki penglihatan yang buruk, bahkan beberapa jenis dari mereka buta. Selain mata, mereka juga punya alat pendeteksi di bagian puncak kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya dan keadaan lainnya, yaitu antena itu tadi. Antena semut ini juga digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dan mendeteksi bau-bauan yang dikeluarkan oleh semut lain. Pada bagian depan kepala semut juga terdapat sepasang rahang yang digunakan untuk membawa makanan, memanipulasi objek, membangun sarang, dan untuk pertahanan. Pada beberapa spesies, di bagian dalam mulutnya terdapat semacam kantung kecil untuk menyimpan makanan untuk sementara waktu sebelum dipindahkan ke semut lain atau larvanya,” Bapak berhenti sejenak untuk mengambil nafas, lalu kembali meneruskan keterangannya.
“Ini ada yang namanya toraks”, lanjut Bapak lagi. “Yaitu bagian tengah tubuh serangga untuk letak kaki atau akup. Karena ada juga serangga yang bersayap contohnya lebah. Nah, di bagian toraks inilah letak kaki semut yang jumlahnya tiga pasang kaki dan di ujung setiap kakinya terdapat semacam cakar kecil yang membantunya memanjat atau berpijak pada permukaan. Dengan kaki-kakinya yang panjang ini pulalah mereka dapat berlari dengan cepat. “ Bapak kembali berhenti sejenak kali ini memberi kesempatan kepada Fina untuk memahaminya.
“Pak, Semut itu kan tubuhnya sangat kecil, tapi kok orang bisa tahu bagian-bagian tubuhnya ya, lalu bagaimana cara melihatnya?” tanya Fina kemudian.
“O, itu harus pakai alat, namanya mikroskop. Mikroskop yang paling sederhana adalah kaca pembesar. Dengan mengintip mikroskop kita bisa melihat bagian tubuh seekor semut yang paling kecil sekalipun. Alat ini sangat diperlukan oleh para peneliti. Bukan untuk meneliti semut saja, tetapi untuk mengembangkan berbagai ilmu dan teknologi lainnya,” terang Bapak.
Kini Fina semakin tahu banyak hal mengenai kehidupan semut. Subhanallah,untuk seekor semut saja Allah menciptakan berbagai kelebihannya.

Senin, 21 Desember 2009

When My Little Marichuy Fever


Sedikit berbagi kisah indahnya menjadi ibu (^________^)v
Ini kisahku saat marichuyku demam, bisa di bilang aku ini termasuk nominasi ibu muda yang bergelar S.H. Eits, jangan berpikir kalau aku ini sarjana hukum ya, S.H its mean ‘Sedang Hamil’ hehehe, sedikit guyonan yang kuambil dari percakapan dengan dosen sastra Indonesia UGM pembimbingku dulu waktu skripsi, kami tidak sengaja bertemu saat belanja di supermarket ternama di Jogja. Biasa ibu-ibu belanja bulanan.
Jadi pembaca yang budiman dapat sedikit disimpulkan bahwa aku ini termasuk penganten baru.
Baru empat tahun menikah maksutnya hihihi (^m^)v
Empat tahun sudah aku hidup dengan lelaki yang sebelumnya belum pernah kutemui,
maklum sudah jodoh mungkin ya, ketemu, taaruf, eh langsung tunangan, menunggu sembilan bulan kemudian menikah, sebetulnya suamiku dan keluarganya ingin lebih cepat, ya delapan minggu lah, karena cuti suamiku hanya dua bulan saja, namun apa daya suamiku malah terkena musibah, kecelakaan yang menimpanya membuat kedua tanganya patah, alhasil mulur lah rencana pernikahan kami yang tadinya menunggu delapan minggu menjadi sembilan bulan.
Hiks.., kalau dipikir-pikir proses pernikahanku seperti proses aku mengandung ya.
Loh kok malah jd cerita si Ayah sih....?
Kalau begitu back again to Littel Marichuy story, owh iya, sebelumnya
perkenalkan dulu, 'Bu Ita' begitulah orang-orang disekitar Marichuy kecil memanggilku, kalau Marichuy kecilku hanya memanggil Ibu, dan aku menyebut putra sulungku itu Marichuy kecil, Marichuy adalah judul sebuah telenovela yg artinya malaikat.
Hihi, gara-gara mamahku pecinta telenovela nih, jadinya aku yang berjilbab lebar ini, dulu mau tak mau nimbrung jg nonton telenovela, alhasil mengertilah aku kalau Marichuy itu artinya malaikat.
Naaah !!, diumurnya yang empat tahun ini ia semakin tumbuh ceria, enerjik, dan menggemaskan, siang tadi Marichuyku kuajak untuk menanam biji bunga matahari yang telah kering, ia begitu bersemangat sampai-sampai bajunya kotor.
Kami bercocok tanam dari jam sepuluh pagi sampai waktu dzuhur tiba, gelak tawa canda ceria sepertinya milik kami berdua.
***
Siang berlalu, senja telah sampai ke peraduan bersama dengan sang gerimis, dan malam pun datang tanpa diduga dengan hujan deras.
Owh my illah !
Owh my God !
Ya Rabb !
Marichuyku demam ! Badanya lemas, keningnya panas, Ibu'nya jadi merasa was was haduuuh, bayangkan saja demamnya hampir tigapuluh sembilan derajat, aku hampir limbung melihat putraku satu-satunya itu panas tinggi, tapi kalau aku jg ikut lemas Marichuyku siapa yang rawat.
Duwh.., padahal ini bukan demamnya yg pertama, Marichuyku pernah tiga kali demam tinggi, pernah waktu umur 10 bulan putraku ini demam sampai empat puluh derajat, badanya biru, marichuyku kejang-kejang tak berdaya. Aku benar-benar bingung, takut, dan tangisanku tak henti-hentinya membasahi pipiku, mana si Ayah sedang lembur dikantor, jadi semua orang kutelefon dari Mamah yang ada di Sleman sampai Ummi, mertuaku yang ada di Klaten pun ku telpon karena kebingungan, tetangga kanan-kiri ku telpon juga untuk meminta tolong mengantarkanku ke UGD.
Yaa, mau bagaimana lg, waktu itu jam setengah dua belas malam.
Dan semuanya berakhir melegakan Marichuyku tertangani oleh paramedis, dan aku tiba-tiba saja lemas dan ambruk, selanjutnya gelap yg ada dalam pandanganku.
Hiks ternyata aku pingsan.
***
Putraku satu-satunya yg sering kusebut Marichuy kecil itu telah terlelap, beberapa waktu yang lalu setelah beberapa gigit roti sudah ia makan, aku menyuapinya sesuai takaran yang pas paracetamol rasa strawberry, rasa yang paling ia sukai. Lalu keningnya kutempeli byby fever pengganti kompres, setelah itu kunina bobokan ia ditempat tidur.
Rasanya sedih, sekali tidak bisa menggendongnya karena perutku yang semakin besar ini tidak memungkinkan untuk menggendongnya. Saat kunina-bobokan, ia mengigau tak jelas, efek dari demam tingginya. Setelah terlelap, kuselimuti tubuh mungilnya dengan jarik sebutan untuk kain gendong bermotif batik, agar badanya yang panas terasa sejuk. Lalu ku pegang keningnya.
Hangat.
Setidaknya sudah tidak sepanas tadi, aku melihat jam dinding kodok keroppi yang ada dikamarku telah menunjukkan pukul sebelas lebih seperempat.
Hemmph...
Ternyata sudah larut malam, aku jadi melupakan si Ayah sejenak, biasanya saat dia pulang aku selalu membawa tas kerjanya dan kubuatkan teh hangat untuknya, tapi tadi saat si Ayah pulang lalu masuk kamar dan bertanya keadaan marichuy, sepertinya ia tak mau menggangguku yang sedang mengeloni Marichuy kecil. Karena letih, akupun tidak beranjak dari tempat tidur.
Aku keluar dari kamar.
Terdengar suara TV sayup-sayup dari ruang keluarga. Sambil mengusap-usap mataku yang masih terasa berat aku berjalan kearah ruang keluarga.
Tampak secangkir teh, plastik roti yang telah kosong, dan si Ayah yang tengah sibuk didepan laptop hitamnya. Suamiku itu mendongak ke arahku.
“Gimana dek, panasnya dah turun...?” tanyanya kepadaku tentang keadaan jagoan kecilnya.
“Sedikit,” jawabku sambil duduk di sofa dekat dengan si Ayah yang duduk di karpet. Karena waktu sudah larut malam aku mengalihkan pembicaraan “sayang ini udah malem banget lho, ayo lekas tidur, jangan mentang-mentang besok hari ahad jam segini belum tidur ya, nanti sakit lagi seperti si dede, pusing ibu kalau semua sakit” aku bangkit dari sofa sambil mematikan TV. Ku ambil cangkir teh yang telah kosong dan bungkus roti yang ada didekat laptop hitam si Ayah. Si Ayah tetap tidak berkutik masih saja sibuk dengan laptopnya itu, sampai aku kembali dari dapur setelah meletakkan cangkir kotor.
Lalu aku mendekati si Ayah, ia mendongak ke arahku yang diam sembari memandangnya dengan sedikit mengernyitkan alisku. Tanpa banyak basa-basi suamiku itu langsung me-shutdown laptopnya, menutup dan membawa bersamanya. Dengan memasang senyum manis ia berdiri.
“Siap istriku yang cantiik, hehe...” ujarnya sambil merangkulku, berjalan kearah kamar.
Lalu kamipun istirahat setelah sebentar membahas tentang putra kami yang tengah demam itu.
***
Sayup-sayup terdengar suara kecil memanggilku, dan seperti ada yg beraba tanganku. Aku membuka mataku yg masih terasa berat. Marichuy kecilku tengah duduk sambil mengoyang-goyangkan tanganku yg kuletakkan tepat didepan wajahku.
“Ibu..., susu.., bu..., ade mau minum susu” ujarnya sambil menggosok-gosok matanya yang mungkin juga masih terasa berat.
Sungguh !
Aku terperanjat kaget, karena putraku yg tengah deman itu bangun. Belum sempat menjawab pertanyaan si kecil Marichuy aku langsung meraba keningya memastikan keadaanya kali ini.
Hemmph..
Alhamdulillah, panasnya turun, aku tersenyum lega.
Saat aku merasakan lega karena demam putraku itu turun, suara kecil itu memecahkan perasaan legaku sejenak.
“bu, ade mau minum susu bu..,” rengeknya lagi.
Ups masyaallah, aku sampai lupa menjawab pertanyaanya.
“Iya sayang sebentar ya, ibu buatkan..'' ujarku sambil tersenyum kepadanya.
Saat aku akan beranjak dr tempat tidur, ternyata si Ayah terbangun karena rengekan marichuy kecil kami. Sama sepertiku si Ayah langsung meraba keningnya. Tampak kelegaan tergambar di wajahnya setelah itu.
“Ih waw, jagoan Ayah sudah sehat.. '' ujar si Ayah sambil mengangkat marichuy kecil ke pangkuannya.
Aku yang sedari tadi melihat mereka dr pintu baru tersadar, aku belum membuatkan marichuy kecilku itu susu. Lalu kutinggalkan kamar yg mulai ramai oleh gelak tawa si Ayah dan marichuy kecil, menuju ke arah dapur.
Kubuatkan susu dengan campuran madu untuk putraku itu. Sebetulnya tadi malam aku lebih ingin memberikan madu untuk marichuy kecilku dari pada paracetamol, karena madu juga termasuk penurun panas dari bahan alami. Tapi apa daya, putraku itu kurang senang dengan madu. Ini saja kalau tidak di campur di susu dia juga gak bakal mau. Maka dari itu aku memberinya paracetamol yg rasa strawberry agar dia mau minum obat.
Ya seperti yang pernah aku katakan, marichuy kecilku itu suka rasa strawberry.
Saat aku masuk kamar sambil mengocok-ngocok botol susu yg kubawa, si Ayah sedang asik menggelitiki putra satu-satunya itu. Marichuy kecilku itupun tertawa renyah menahan geli sembari menjauhkan tangan jail si Ayah dari dirinya.
“Ini de susunya..” ujarku sambil menyodorkan botol susu yang kubuat tadi ke arahnya, tangan kecil itu mengambil botol susu yg terlihat agak cream karena tercampur oleh madu dr tanganku.
Terdengar ritme suara marichuy kecilku yg sedang meminum susu dengan cepat.
''glek.. glek.. glek..''
“Hihihi, haus benar ya kau nak...” ujarku didalam hati sambil menguyek-uyek rambutnya.
Alhamdulillah malam ini hatiku terasa lega dan bahagia melihat rona wajah marichuy kecilku telah cerah tidak sepucat td malam.
Ya beginilah perasaan seorang ibu, akan merasakan paling khawatir dan sedih bila buah hatinya yg sembilan bulan berada dalam kandungannya itu sakit, dan kadang berpikir kenapa tidak aku saja yg sakit, kenapa harus anaku tersayang yg sakit...? Lalu akan merasakan paling lega dan bahagia bila buah hatinya telah pulih seperti sedia kala.
Kenapa seperti itu...?
Karena kami para ibu punya cinta, dan Cinta kami BUKAN CINTA BIASA.
Cieee... kaya' judul filem ni, hehee (^____^)v
***
Aku melengok kearah jam dinding keroppi yg berada dikamar kami, ternyata baru pukul satu lebih beberapa menit. Marichuy kecilku telah selesai minum susu dan kamipun meneruskan istirahat malam ini dengan perasaan lega.
Beginilah sekelumit kisahku menjadi seorang ibu.
Heeem, nano-nano: manis, asem, asin rame rasanya, tapi tentu manisnya lebih banyak dari pada asem dan asinnya.
Jadi...?!?
Menarik juga kan kehidupan seorang ibu seperti aku, hihihi.
Masih banyak kisah-kisah indah bersama keluarga kecilku ini, seperti bintang-bintang dilangit yg menyelimuti langit malam ini, canopus, capela, vega.
Hihihi... (^o^)v


Created by ukhty.berry

Senin, 16 November 2009

Cinta Bunga Matahari


Dulu.... pernah bunga matahari jatuh hati kepada sang surya, sang surya tak pernah tahu akan hal itu.. sampai detik ini pun ia tak pernah mengetahuinya, bunga matahari hanya bisa menunduk saat dimana sang surya dan rembulan bertemu.

Ia tak pernah bisa mengangkat wajahnya untuk sekedar melihat kebahagiaan yang dirasakann sang surya dan rembulan, kelopak-kelopak indah yang merekah tiap sang surya tersenyum hangat kepadanya, kini... saat gerhana tiba kelopak-kelopak indah itu seperti ingin menutupi kemuraman bunga matahari.

Ia sadar bahwa ia tak pantas untuk sang surya, ia tak ada apa-apanya dibanding rembulan yang jelita, pernah waktu malam tiba, bunga matahari melihat rembulan saat purnama dimana senyum penuh kerinduan sang surya yang hangat tertuju kepada rembulan, rembulan terlihat begitu berkilau indah. Mereka terlihat saling merindukan, karena hanya waktu gerhana sajalah mereka dapat saling berjumpa. Bunga matahari selalu terpana ketika ia melihat rembulan.

Walau beribu-ribu bintang cantik berada disekitarnya, rembulan terlihat paling indah, anggun mempesona, pantas saja kalau sang surya begitu mendambakan rembulan kekasihnya. Sungguh bunga matahari merasa semakin bodoh telah berani jatuh hati kepada sang surya.

Musim hampir berganti..... bunga matahari semakin tumbuh menjadi bunga yang cantik, dan seiring berjalannya waktu perasaannya terhadap sang surya masih tersimpan di hatinya, namun ia hanya menyimpan kenangan saja, kenangan bodoh bahwa ia pernah jatuh hati kepada sang surya.

Karena sekarang bunga matahari telah menemukan tempat untuk bersandar.

Dimulai waktu bunga matahari tumbuh menjadi bunga yang cantik, siang itu bunga matahari dengan kelopak-kelopak indahnya merekah saat sang surya begitu terik menyinari bumi, ia tampak begitu cantik, sang pemilik kebun datang bersama istri tercintanya untuk merawat kebun bunga kesayangan mereka.

Sesampainya dikebun mereka melihat bunga matahari begitu cantik merekah indah, istri pemilik kebun begitu terpesona melihat bunga mataharinya semakin tumbuh menjadi bunga yang cantik.

“sayang..., bunga matahari yang cantik ini pasti cocok ya bersanding dengan vas kaca pemberianmu itu..” ujar istri pemilik kebun dengan wajah yang berseri-seri “dari pada ia disini sampai kelopak-kelopaknya gugur, lebih baik bunga yang cantik ini aku taruh dikamar kita pasti akan tampak lebih indah” sambil mencium bunga matahari

“wah ide yang bagus, aku juga setuju, pasti bunga ini akan indah bila diletakkan didekat jendela kamar kita, dengan vas kaca pemberianku itu” sang pemilik kebun menyetujui usulan istri tercintanya yang tak kalah cantik dengan bunga-bunga yang berada di kebun ini.

Istri pemilik kebun dengan segera mengambil pisau dan memetik bunga-bunga matahari yang telah tumbuh menjadi bunga-bunga yang cantik, tak terkecuali bunga matahari yang jatuh hati kepada sang surya.

Tak lama waktu berlalu, tiba-tiba setelah bunga matahari yang tumbuh cantik terpisah dari batangnya, mendung yang gelap menyelimuti langit, sang pemilik kebun dan istri tercintanya itu segera berlari menuju rumah mereka untuk berteduh, karena tiba-tiba saja hujan yang deras mengiringi kepergian bunga matahari yang cantik. Ternyata diam-diam sang surya merasakan kehilangan setangkai bunga matahari cantik yang selalu ceria saat menerima senyum hangatnya, sampai-sampai tanpa sadar ia menitikkan hujan yang begitu deras, ia baru menyadarinya...

Kini.... bunga matahari yang cantik telah menemukan tempat bersandar untuk menghabiskan musim panas dan masa hidupnya, vas kaca pemberian pemilik kebun untuk istri tercintanya itu yang akan menemaninya.... ia begitu sejuk dan bahagia berada didalam vas kaca yang selalu terisi air bersih, bunga matahari diletakkan dan dirangkai di vas kaca oleh istri pemilik kebun, terlihat sangat indah. Istri pemilik kebun merangkai bunga matahari yang cantik dengan rasa bahagia,

“kamu memang bunga yang cantik” gumamnya sendiri dengan senyum mengembng saat selesai merangkainya.

Jendela kamar pemilik kebun yang bertiraikan kain berwarna hijau dan kuning gading tertiup oleh angin, tiranya yang tipis terbang mengikuti arah angin berhembus, bersamaan itu juga bunga matahari yang cantik bergoyang terkena hembusan angin, namun bunga matahari tak goyah dengan tepaan angin itu, karena ada vas kaca yang begitu setia berdiri tegak untuk menopangnya sampai musim berganti tiba...
...Selesai...