Rabu, 06 Januari 2010

Semut Juga Suka Beternak


Ini adalah hari pertama liburan sekolah, kebetulan hari ini Bapak juga sedang libur. Libur Bapak tidak mesti hari minggu, kadang hari senin atau hari lainnya tergantung jadwal shift kerjanya. Beliau bekerja sebagai satpam di sebuah rumah sakit. Fina senang sekali karena di rumah ada yang menemaninya. Hari ini Bapak mengajak Fina ke halaman belakang untuk merapikan rumput-rumput liar yang sudah mulai meninggi. Di halaman belakang itu juga ada beberapa batang tanaman cabe. Tetapi akungnya cabe itu tidak terawat dengan baik. Daun-daunnya menguning dan layu. Tampaknya ada sesuatu yang membuat tanaman itu tidak bisa tumbuh dengan baik.

“Pak, di tanaman cabe ini kok penuh kutu yang kecil-kecil dan banyak semutnya ya?“ tanya Fina pada Bapak yang sedang asyik mencabuti rumput-rumput liar.
“Oh, itu namanya kutu daun. Kutu-kutu itu adalah hewan ternak peliharaan semut-semut itu,” sahut Bapak yang tangannya masih sibuk mecabuti rumput.
“Hewan ternak?... memangnya semut bisa berternak ya, Pak?” Fina mulai tertarik dengan keterangan Bapak.

Bapak tersenyum mendengar pertanyaan Fina seraya melangkah mendekati pohon cabe itu dan kemudian berjongkok di samping Fina. Bapak lalu menjelaskan perihal kutu tersebut.
“Seperti halnya manusia, semut juga pandai berternak. Kutu-kutu itu mereka pelihara dengan baik…. Mengapa dititipkan ditanaman? Karena hewan peliharaan kan butuh makan. Nah, makanya kutu-kutu itu lalu diletakkan ke tanaman ini dengan tujuan mereka akan mengambil sari makanan dari tanaman tersebut dengan cara menghisap cairan dari daun-daunnya. Karena sari-sari makanan yang dibutuhkan oleh tanaman itu diambil oleh kutu-kutu itu, makanya pohon cabe ini tidak bisa tumbuh subur,” jelas Bapak.
“Lalu, kutu-kutu ini nanti diapakan oleh semut-semut itu, Pak?” tanya Fina yang semakin tertarik dengan keterangan Bapak tersebut.
“Di dalam badan kutu-kutu ini banyak mengandung gula yang sangat diperlukan oleh semut. Jika kutu-kutu ini dirasa sudah cukup besar, maka semut-semut itu akan menyedot cairan yang ada di dalam tubuh kutu tersebut. Lalu cairan tersebut mereka bawa ke sarang untuk dikumpulkan sebagai cadangan makanan, kemudian membawanya ke sarangnya. Biasanya sarangnya terletak di dekat pohon. Mereka membawa sari madu itu dengan cara menelannya terlebih dahulu baru kemudian dikumpulkan dalam suatu wadah… Kamu tahu tidak di mana mereka akan menyimpan cadangan makanannya?” tanya Bapak kemudian.

Fina menggeleng.

“Semut-semut itu mengumpulan cairan itu ke dalam tubuh semut pekerja yang masih muda yang memang disediakan khusus sebagai wadah penampungannya. Semut pekerja muda ini biasa disebut pot madu,” Bapak berhenti sejenak untuk memberi kesempatan kepada Fina memahaminya.
“Tubuh semut pot madu ini memang sengaja dipakai untuk menampung madu yang sudah dikumpulkan oleh semut-semut pekerja tadi. Lama-lama tubuh semut pot madu ini akan menggelembung menyerupai balon dan bergantung di di langit-lagit sarang. Tubuh semut pot madu itu berwarna kuning dan tembus cahaya. Kadang jika sudah terlalu penuh dan sudah terlalu berat, tubuh semut pot madu itu jatuh dari langit-langit. Namun semut pekerja akan langsung mengembalikannya ke tempatnya semula.”
“Lalu kapan madu itu akan dimakan oleh semut-semut pekerja, Pak?” tanya kemudian.
“Jika sudah datang musim paceklik,” sahut Bapak.
“Apa itu musim paceklik, Pak?” tanya Fina belum paham.
“Yaitu saat tiba musim dingin atau musim kemarau, di mana semut-semut itu akan kesulitan mencari makan. Madu dalam tubuh semut pot madu itu akan dihisap oleh semut pekerja. Maka selamatlah semut-semut itu dari kelaparan,” demikian jelas Bapak.
“Mengapa semut-semut itu suka hidup bersama-sama, Pak?” tanya Fina lagi. Rupanya ia masih penasaran dengan kehidupan semut.
“Karena semut itu saling membutuhkan satu sama lain. Mereka selalu hidup bersama dan bekerja dalam satu kelompok besar di dalam sarang yang biasa disebut koloni.”
“Apakah sarang semut harus di dalam tanah, Pak?”
“Tidak harus. Ada juga yang membuat sarangnya di dedaunan. Caranya dengan menganyam dedaunan itu dengan menggunakan larva sebagai lem atau perekatnya.”
“Larva itu kan anak semut, Pak? Kok bisa dijadikan lem?” Fina jadi heran.
“Ya, betul. Larva adalah anak semut. Mengapa menggunakan larva, karena di dalam tubuh larva itu mengandung lem sebagai perekatnya,” sahut Bapak.
“Lalu bagaimana cara mereka melemnya, Pak?” tanya Fina lagi.
Bapak tersenyum mendengarnya, “Sebentar, Bapak ambilkan bukunya dulu, “ ucap Bapak seraya masuk ke dalam rumah dan tak berapa lama kemudian beliau sudah kembali dengan membawa sebuah buku tebal.
“Ini namanya buku kliping. Bapak juga suka dengan kehidupan semut, makanya setiap ada koran atau majalah yang menjelaskan tentang semut akan Bapak foto kopi lalu Bapak masukkan ke dalam buku ini,” ujar Bapak seraya membuka halaman demi halaman hingga menemukan gambar yang dimaksud.

Fina menatap gambar itu dengan mimik serius. Di dalam gambar itu tampak tiga ekor semut sedang bergotong royong membuat sarangnya yang terbuat dari daun. Rupanya selain di dalam tanah, semut juga bisa bersarang di dedaunan pohon.
“Perhatikan ketiga semut ini, “kata Bapak. “Mereka sibuk melem dedaunan untuk dijadikan sarang. Semut yang satu bertugas memegangi dan memencet larva, sedang yang dua ekor lagi bertugas merapikan hasil lem tersebut. Mereka akur ya…,” ucap Bapak.
Selesai mengamati gambar tersebut, Fina membalik halaman berikutnya.
“Kalau yang ini semutnya sedang ngapain, Pak?” tunjuk Fina pada gambar serombongan semut yang sedang mengangkut daun. “Apakah daun-daun itu juga akan dijadikan sarangnya?” tanyanya.
“O, yang ini daunnya bukan untuk dibuat sarang, tetapi untuk jamur peliharaannya. Ceritanya begini, daun-daun yang mereka bawa itu setibanya di sarang akan mereka kunyah sampai halus dan hasil kunyahannya itu dipakai untuk memelihara jamur. Jadi, daun hasil kunyahan mereka itu akan dijadikan media untuk tumbuhnya jamur. Jamur peliharaan mereka itu bukan jamur sembarang jamur lho, tetapi jamur yang berbentuk bola kecil dan enak tentunya. Baik semut tua maupun semut muda semuanya menyukainya.”
Fina nampak terkesima mendengar cerita Bapak. Ia tidak mengira bahwa selain beternak ternyata ada juga jenis semut yang suka menanam jamur.
“Uniknya lagi, semut-semut pemotong daun ini walaupun tubuhnya kecil tapi ia adalah serangga super kuat. Boleh dibilang dia adalah Arnold Schwarzeneggersnya serangga. Soalnya, dia mampu mengangkat beban yang limapuluh kali lebih berat dari tubuhnya,” ujar Bapak menambahkan.
Setelah puas dengan keterangan gambar tersebut, Fina kembali membuka halaman berikutnya.
“Ini adalah gambar bagian tubuh semut, “ tunjuk Bapak saat Fina membuka halaman yang bergambar tubuh semut.
Fina memerhatikan gambar itu dengan penuh perhatian Tampak dalam gambar itu bagian-bagian tubuh semut.
“Antenanya ini untuk apa, Pak?” tanya Fina penasaran.
“Gunanya untuk alat perasa, seperti untuk menyentuh, mengecap atau membaui,” jelas Bapak.
“Lebih lengkapnya, tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, dada, dan perut. Nah, di bagian di perut ini ada yang namanya pedunkel,” tunjuk Bapak. “Pedunkel adalah bagian yang menghubungkan antara dada dan perut.
“Tubuh semut, seperti serangga lainnya memiliki kerangka luar yang memberikan perlindungan dan juga sebagai tempat menempelnya otot. Berbeda dengan kerangka manusia, semut tidak memiliki tulang belakang. Hewan yang tidak memiliki tulang belakang dinamakan invertebrata. Selain itu semut juga tidak memiliki paru-paru, tetapi mereka memiliki pipa kecil untuk saluran pernapasan yang namanya trakea, ” Bapak berhenti sejenak, lalu meneruskan keterangannya.
“Semut juga memiliki mata yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan tergabung untuk mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Namun ternyata, kebanyakan semut umumnya memiliki penglihatan yang buruk, bahkan beberapa jenis dari mereka buta. Selain mata, mereka juga punya alat pendeteksi di bagian puncak kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya dan keadaan lainnya, yaitu antena itu tadi. Antena semut ini juga digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain dan mendeteksi bau-bauan yang dikeluarkan oleh semut lain. Pada bagian depan kepala semut juga terdapat sepasang rahang yang digunakan untuk membawa makanan, memanipulasi objek, membangun sarang, dan untuk pertahanan. Pada beberapa spesies, di bagian dalam mulutnya terdapat semacam kantung kecil untuk menyimpan makanan untuk sementara waktu sebelum dipindahkan ke semut lain atau larvanya,” Bapak berhenti sejenak untuk mengambil nafas, lalu kembali meneruskan keterangannya.
“Ini ada yang namanya toraks”, lanjut Bapak lagi. “Yaitu bagian tengah tubuh serangga untuk letak kaki atau akup. Karena ada juga serangga yang bersayap contohnya lebah. Nah, di bagian toraks inilah letak kaki semut yang jumlahnya tiga pasang kaki dan di ujung setiap kakinya terdapat semacam cakar kecil yang membantunya memanjat atau berpijak pada permukaan. Dengan kaki-kakinya yang panjang ini pulalah mereka dapat berlari dengan cepat. “ Bapak kembali berhenti sejenak kali ini memberi kesempatan kepada Fina untuk memahaminya.
“Pak, Semut itu kan tubuhnya sangat kecil, tapi kok orang bisa tahu bagian-bagian tubuhnya ya, lalu bagaimana cara melihatnya?” tanya Fina kemudian.
“O, itu harus pakai alat, namanya mikroskop. Mikroskop yang paling sederhana adalah kaca pembesar. Dengan mengintip mikroskop kita bisa melihat bagian tubuh seekor semut yang paling kecil sekalipun. Alat ini sangat diperlukan oleh para peneliti. Bukan untuk meneliti semut saja, tetapi untuk mengembangkan berbagai ilmu dan teknologi lainnya,” terang Bapak.
Kini Fina semakin tahu banyak hal mengenai kehidupan semut. Subhanallah,untuk seekor semut saja Allah menciptakan berbagai kelebihannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar